cetak uang

Bank pusat (Central Bank) diseluruh dunia telah menyuntikan dana ke sektor ekonomi guna menghadapi resersi global yang diakibatkan oleh pandemik virus Corona.

Sejak pertengahan maret, Saldo Cadangan Bank Federal naik dari 4 triliun dollar US menjadi 7 triliun. Nominal tersebut setara dengan 1/3 perekonomian amerika serikat secara keseluruhan.

Tidak heran bila beragam produk sehari-hari mengalami kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir. Tapi nyatanya inflasi harga tetap rendah dikarenakan banyak juga terjadinya pemutusan hubungan kerja sehingga pengeluaran konsumen mengalami penurunan pula.

Namun akankah mencetak triliun dollar sebagai stimulus ekonomi bisa menyebabkan inflasi ? Berikut ini jawabannya

Darurat Inflasi 101

Inflasi mengacu pada meningkatnya harga produk dan jasa sepanjang waktu. Salah satu lembaga yang mengukur inflasi di Amerika yakni Consumer Price Index (CPI).

Beberapa pakar ekonomi mengatakan bahwa inflasi adalah hal baik bagi ekonomi. Ketika perekonomian berkembang, semakin banyak konsumen dan pebisnis yang mengeluarkan uang mereka untuk keperluan barang dan jasa.

Hal ini menyebabkan kenaikan permintaan pasar. Permintaan pasar yang tinggi tentu diiringi dengan kenaikan harga produk atau jasa yang dimaksud pula.

Namun karena banyaknya pengangguan selama masa pandemik mengakibatkan menurunnya permintaan pasar danpotensi inflasi pun ikut menurun.

Faktor lainnya yang menyebabkan inflasi yakni harga komoditas. Misalnya saja jika harga minyak naik karena tertundanya tahap produksi, maka harga gas berpeluang ikut naik juga.

Pihak konsumen maupun bisnis juga menduga akan terjadi lonjakan harga disektor-sektor lainnya.

Misalnya saja Inflasi 15% untuk sektor transportasi, kalau ditahun ini harga mobil anggaplah $10.000 Dollar, maka ditahun berikutnya harganya bisa menjadi $11.500 dollar akibat inflasi tersebut.

Rendahnya Permintaan Pasar

Menurut CNBC Amerika Lockdown mengakibatkan depresi pada sektor ekonomi. Hal pertama yaitu banyaknya jumlah pengangguran melebihi angka 1 juta jiwa selama 17 minggu terakhir.

Hal kedua, karena memang kebanyakan orang disana memilih untuk berdiam diri dirumah dan hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang penting saja.

 

Saving Rate atau tingkat tabungan rata-rata orang amerika sampai pada titik 33%. Hal ini dikarenakan takutnya situasi ekonomi yang sewaktu-waktu bisa memburuk. Oleh karenanya kebanyakan orang lebih memilih untuk berhemat daripada menghambur-hamburkan uang mereka.

Money Printing

Guna membantu sektor ekonomi, pembuat kebijakan di Washington menyuntikan dana hingga milyaran dollar ke sistem finansial dalam beberapa bulan terakhir. Teoritis Ekonomi meramalkan percetakan uang dalam sistem finansial tersebut berpotensi menciptakan inflasi.

Salah satunya yakni berasal dari pakar ekonomi terkenal Milton Friedman, ia mengatakan bahwa “Jika terlalu banyak uang di sektor ekonomi, dan stok barang yang ada minim, maka kemungkinan besar harga akan naik”

Opini Milton terbukti tepat sasaran, pasalnya inflasi yang pernah terjadi ditahun 1980 bisa diatasi oleh teori Friedman. Dewan Federasi Paul Volcker dengan perlahan menghambat perkembangan uang ke sektor ekonomi dan meningkatkan rasio ketertarikan sehingga inflasi yang terjadi bisa diredam.

Namun karena sistem kini berbeda dengan masa dulu, dimana sekarang sebagian besar uang dicetak dalam format digital. Ini artinya meskipun Bank Pusat menyuntik dana ke suatu Bank cabang, uang tersebut tidak akan turun ketangan konsumen sampai bank tersebut mencairkannnya.

Di sisi yang lain, Kongres amerika membuat rencana memberikan rakyatnya bantuan dana sebesar $1,200 dalam bentuk cek sabagi bantuan menghadapi virus Corona.

Meskipun di sektor ekonomi kebijakan tersebut berpotensi menyebabkan inflasi, tetapi hal yang terjadi tidak demikian, sebab kebanyakan orang disana lebih memilih bantuan dana tersebut untuk ditabung daripada dibelanjakan untuk hal yang tidak penting.

Data dari menurut Bank Federal Amerika juga mendukung kejadian diatas. Pasalnya pada krisis finansial tahun 2008, Inflasi tidak terjadi walau mereka membeli Milliaran Asset setelah kejadian tersebut. Yang ada hanya defisit mereka saja yang membesar.

Walau demikian, meskipun stimulus ekonomi yang terjadi selama masa pandemik tidak menyebakan harga naik bagi konsumen, namun yang terjadi disektor lain justru berbeda. Misalnya saja pada Asset di sektor investasi maupun pasar perumahan.

Sumber : CNBC