Selama lebih dari 3 bulan dilanda pandemik, bukan hanya perusahaan besar saja yang terkena dampaknya. Tidak sedikit usaha kecil menengah yang mau tak mau terganggu bisnisnya. Dampaknya yaitu banyak kawasan perbelanjaan seperti pasar atau mall mengalami sepi pengunjung.

Bertransformasi menjadi bisnis Digital tentu bisa menjadi solusi yang pas selama masa pandemik. Tetapi harus ada tekad kuat selama proses melakukannya.

Membahas perihal transformasi tidak melulu harus mengeluarkan biaya mahal untuk belanja infrastruktur atau layanan aplikasi. Hal ini bisa dimulai dari yang paling berdampak bagi bisnis.

Transformasi digital di satu sisi bukan hanya tentang teknologi, tapi lebih tentang bagaimana bisnis bisa bersaing secara lebih intensif dalam perkembangan yang ada saat ini.

Tantangan Transformasi Digital

Transformasi bisnis menjadi digital bukan hanya sekedar mengubah bisnis yang tadinya fisik menjadi online saja. Disini jelas diperlukan campur tangan sistem komputer. Diperlukan juga langkah strategi pemasaran baru dan implementasinya juga.

Akan tetapi bukan berarti hal ini sulit dicapai bisnis mikro menengah. Pasalnya saja banyak sekali warung makan yang kini bertransformasi menjadi online dengan menjalin kerja sama dengan pihak GoFood, atau GrabFood. Dengan demikian mereka tetap bisa berbisnis walau saat pandemik berlangsung.

Staf Ahli Bidang Transformasi Digital, Kreativitas, dan SDM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Mira Tayyiba, mengatakan masa pandemi ini momentum mendorong percepatan transformasi digital.

Dia menjelaskan selama PSBB, infrastruktur, dan layanan digital menjadi tulang punggung berbagai kegiatan produktif, seperti bekerja dan belajar dari rumah. Bahkan perdagangan elektronik mampu menjadi penggerak ekonomi di tengah pandemi.

Melalui analisa data atau big data, Mira menerangkan pemerintah terbantu untuk memahami penyebaran Covid-19, perilaku/respon masyarakat, dan efektivitas pelaksanaan PSBB yang digunakan sebagai basis penyusunan intervensi kebijakan yang lebih tepat dan cepat.

Meski di masa pandemi, Mira menilai sektor digital masih tumbuh dan perlu dukungan dari banyak pakar digital dan membutuhkan banyak pekerja digital yang handal. Peluang pengembangan aplikasi lokal masih terbuka luas mengingat saat ini aplikasi yang banyak digunakan berasal dari luar negeri. 

 

Inovasi dan Kreatifitas Bisnis

Jangan salah, walau banyak yang mengalami depresi saat pandemik melanda. Terdapat inovasi dan kreatifitas baru dalam membangun bisnis. Pasalnya covid 19 mendorong masyarakat awam yang tadinya tidak mengenal bisnis online menjadi Go-Online.

Adapun Staf Khusus Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gatot Sudariyono menyatakan bahwa di saat kondisi pandemi seperti saat ini, industri dituntut cepat merespons pasar dengan cara berinovasi agar dapat mempertahankan bisnisnya. Dia menambahkan, di era new normal ini Indonesia tidak bisa lagi hanya menjadi negara penghasil bahan mentah, tetapi juga harus bisa melakukan terobosan atau inovasi. 

Di era normal baru ini akan ada perubahan yang sangat cepat, industri 4.0 yang kita harapkan baru 5 tahun lagi, juga akan datang lebih cepat,” katanya. 

Berbagai program tengah dipersiapkan Kementerian Perindustrian untuk mengakselerasi industri 4.0 di Indonesia sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) hingga 2024.