Studi kasus sering kali membahas tantangan pemasaran merek, sasaran pasar, detail utama kampanye, dan hasilnya pula. Ini semua memberi kamu gambaran sekilas tentang apa yang menyebabkan tim pemasaran mencapai kesuksesan kampanye mereka di Facebook.

Studi kasus juga bisa dibilang sebagai panduan agar kamu nantinya bisa menghindari resiko yang mungkin timbul dan memaksimalkan keuntungan yang bisa didapat.

Untuk membantu kamu dalam meracik strategi iklan di Facebook berikut ini terdapat 11 studi kasus hebat yang menunjukkan bagaimana sejumlah perusahaan berbeda telah berhasil di platform ini.

Pandora

Selama musim liburan 2017, perusahaan perhiasan Pandora ingin meningkatkan Brand Awareness mereka di pasar Jerman. Mereka juga ingin melihat apakah iklan video bisa memiliki kesuksesan yang sama seperti format iklan Facebook mereka yang lain.

Mereka memulai eksperimen ini dengan bekerja denganmengadaptasi iklan di TV ke platform Facebook Ads.

 

Hasilnya : Secara finansial, kampanye tersebut memberikan peningkatan pembelian sebesar 61% pada Return of Investment (ROI) dan peningkatan pembeli baru sebesar 42%.

Kesimpulan : Video bisa berkesan, emosional, dan persuasif.  Walau Pandora sudah memiliki riwayat iklan yang sukses sebelumnya, akan tetapi format baru ini diklaim oleh mereka lebih efektif dari metode periklanan sebelumnya.

 

Buffer

Pada awal 2016, Buffer mulai melihat penurunan jangkauan audiens dan keterlibatan merek mereka di Facebook karena perubahan algoritma yang Facebook terapkan. Dalam upaya untuk mencegah keterlibatan mereka dan jumlah jangkauan menurun lebih jauh.

Merek memutuskan untuk memotong frekuensi postingan mereka hingga 50%. Dan mulai kembali memikirkan kualitas postingan ketimbang jumlah postingan itu sendiri.

Hasilnya : Pada 2018, Buffer mengklaim bahwa jangkauan mingguan rata-rata hampir tiga kali lipat, dari 44.000 pada awal eksperimen menjadi 120.000. Keterlibatan harian rata-rata halaman juga berlipat ganda dari sekitar 500 per hari menjadi sekitar 1.000.

Pada 2018, Buffer mengklaim bahwa postingan mereka mencapai antara 5.000 hingga 20.000 orang, sedangkan postingan sebelum percobaan hanya kurang dari 2.000.

Kesimpulan : Apa yang ditemukan Buffer adalah semakin sedikit semakin baik. Daripada menghabiskan waktu memposting apa pun sebanyak yang kamu  bisa, kamu lebih baik memfokuskan pada kualitas postingan itu sendiri. Mulai berpikir kreatif dan gali terus potensi individu maupun tim kamu.

 

FoxNext Games

FoxNext Games ialah  sebuah perusahaan video game yang dimiliki oleh 20th Century Fox. Mereka  ingin meningkatkan tingkat penginstalan aplikasi untuk salah satu rilisan game terbarunya yaitu Marvel Strike Force.

Meskipun FoxNext sebelumnya telah mengiklankan game lain dengan iklan video Facebook, mereka ingin menguji format posting carousel foto yang dapat digeser. Setiap foto, dirancang seperti kartu remi, menonjolkan elemen permainan yang berbeda.

Iklan tersebut menawarkan tombol CTA “Install Now” agar ketika audiens mereka menekan tombol itu, mereka akan langsung diarahkan ke halaman unduhan aplikasi tersebut di toko aplikasi.

Hasilnya : Menurut Facebook, Photo Ads ( iklan foto) menghasilkan laba atas belanja iklan 6% lebih tinggi, pendapatan 14% lebih banyak, Instalasi game / app 61% lebih banyak, dan biaya per pemasangan aplikasi 33% lebih rendah.

Kesimpulan : Jika produk kamu berbentuk visual, carousel bisa menjadi cara yang bagus untuk memamerkan berbagai elemen didalamnya. Studi kasus ini juga menunjukkan bagaimana mendesain iklan berdasarkan minat audiens  dapat membantu setiap postingan tampak menonjol bagi audiens mereka.

 

HubSpot

Pada tahun 2017, tim media sosial HubSpot memulai eksperimen di mana mereka memutar tujuan video mereka dari Lead Generation (perolehan prospek) hingga Audience Engagement (keterlibatan pemirsa).

Sebelum pergeseran ini, HubSpot secara teratur memposting video Facebook yang dibuat untuk menghasilkan Lead. Sebagai bagian dari strategi baru, tim bertukar pikiran tentang daftar berita utama dan topik yang menurut mereka akan disukai oleh audiens media sosial mereka, bukan hanya topik yang akan menghasilkan penjualan.

Bersamaan dengan pivot ini, mereka juga bereksperimen dengan elemen video lainnya termasuk desain video, format, dan ukuran.

 

Hasilnya : Setelah menerapkan strategi ini, tayangan video bulanan Hubspot melonjak dari 50.000 menjadi 1 juta pada pertengahan 2017.

Kesimpulan : Membuat konten yang sesuai dengan minat basis penggemar dan platform sosial tempat mempostingnya bisa jauh lebih efektif daripada konten yang mencari Lead semata.

 

Samsung

Dalam upaya untuk meningkatkan penjualan dari audiens Amerika Latin, Samsung mempromosikan peluncuran smartphone Galaxy S6 di Argentina tahun 2015 dengan kampanye Facebook selama satu bulan.

Kampanye tersebut menampilkan tiga video yang masing-masing menyoroti desain ponsel, kamera, dan masa pakai baterai yang lama.

Satu video dirilis setiap minggu dan semuanya ditargetkan untuk pria dan wanita di Argentina. Pada minggu keempat kampanye, Samsung meluncurkan iklan video dan foto yang lebih tradisional tentang produk tersebut.

Iklan ini secara khusus ditargetkan kepada orang-orang yang terlibat dengan video dan Lookalike Audience.

Hasilnya : Samsung menerima 500% ROI dari kampanye mereka selama sebulan dan peningkatan 7% pada pelanggan baru.

Kesimpulan : Samsung menguji beberapa strategi iklan di mana penargetan menjadi lebih spesifik seiring berjalannya promosi. Mereka juga melihat manfaat menargetkan iklan kepada pengguna yang sudah menunjukkan minat pada putaran pertama iklan. Strategi ini sebagai strategi efektif saat mencoba mendapatkan lead yang lebih berkualitas.

 

Sumber : https://blog.hubspot.com/marketing/facebook-case-study