Memanfaatkan emoji didalamnya cenderung memiliki sekitar 25% lebih banyak Engagement dari pengguna lainnya.

Mempertimbangkan lanskap media sosial saat ini, merek harus mengevaluasi emoji mana yang tepat untuk postingan mereka. Menurut Adobe Emoji Trend Report, hampir setengah dari responden akan mengikuti sebuah perusahaan jika menggunakan emoji dalam pemasarannya, dan 44% akan membeli produk yang diiklankan menggunakan emoji.

Namun disini bukan berarti kamu boleh seenaknya menyisipkan sebanyak mungkin emoji dalam kampanye digital marketing kamu.

Tentu saja, kunci untuk “berbicara” bahasa emoji dengan lancar terletak pada pemahaman bagaimana menggunakannya dengan benar sebagai singkatan intelektual dan emosional.

 

Analisa Emoji Yang Sedang Trending

Seiring berkembangnya jaman, maka ada saja emoji-emoji baru yang lahir dan trending. Setiap waktu, ada saja emoji yang meningkat pesat penggunaanya dan ada pula yang dinilai kurang menarik.

Untuk kamu yang bingung seperti apa Emoji yang sedang trending saat ini, kamu bisa menggunakan tools pada link ini :

https://developer.emojidata.ai/app/public-stream/#

Didalamnya memuat tentang emoji apa saja yang kini sedang populer digunakan diberbagai platform di Internet secara Live. Kamu bisa menggunakan emoji yang ada dan gabungkan dengan konten atau tulisan yang kamu buat.

 

Hindari Menggunakan Emoji secara Asal-asalan

Emoji memang memiliki daya tarik visual yang tinggi, namun disini bukan berarti kamu bisa menggunakannya seenak hatimu. Lihat dan analisa kembali jenis emoji apa yang memang benar-benar menggambarkan bisnis kamu atau kampanye digital marketingmu.

Misalnya saja, sebuah email marketing yang menggunakan emoji yang tepat bisa meningkatkan CTR hingga 25%. Tetapi memiliki dampak fatal jika menggunakan Emoji yang tidak tepat.

Peter Gregory, pemilik dari Sound Tattoo Removal, adalah salah satu orang yang menggunakan emoji untuk kegiatan marketing-nya. Menurutnya, menulis email dengan menyertakan beberapa emoji yang relevan akan membuat orang lebih tertarik untuk membuka email tersebut. Ketika orang membuka email, mereka pun akan segera menghubungi contact person yang ada sehingga call-to-action dapat dengan cepat terjadi. Seandainya pun tidak terjadi call-to-action di waktu yang sama, kemungkinan audiens untuk membuka email itu kembali juga lebih besar dibanding ketika Anda menggunakan subjek email tanpa emoji.

Mengganti kata-kata dengan emoji secara selektif

Emoji dapat digunakan untuk menyempurnakan apa pun yang kamu tulis. Dalam beberapa situasi, kata tersebut juga dapat digunakan sebagai pengganti kata, terutama jika kamu tidak dapat menemukan kata yang menyampaikan nada yang kamu inginkan.

Misalnya, jika kamu memposting foto anjing kamu di genangan air, kamu dapat memberi teks: “Hujan 🐱 dan 🐶 di sini!” Hindari saja mengganti banyak kata dalam satu kalimat dengan emoji kecuali kamu punya alasan kuat.

Sebagai gantinya, coba beri tanda pada kalimat dengan beberapa emoji yang ditempatkan dengan baik di akhir kalimat. 😃👍 Beberapa platform sosial biasanya memiliki opsi untuk menambahkan emoji pada konten atau status yang ingin dipublish, sehingga kamu tidak perlu lagi repot-repot mencarinya.

Tidak semua bidang pekerjaan dapat menggunakan emoji kapan pun. Untuk bidang penjualan seperti makanan cepat saji, restoran, dan produk kecantikan, penggunaan emoji bisa dilakukan kapan pun karena sifatnya yang santai.

Berbeda jika perusahaan kamu bergerak di bidang yang lebih formal, asosiasi pengacara misalkan, maka kamu harus tahu kapan saat yang tepat untuk menggunakan emoji.

Kamu tidak dapat menggunakan emoji di segala situasi karena jika emoji tidak sejalan dengan nuansa marketing yang kamu lakukan, justru akan membuat audiens merasa aneh.

Sumber :marketingtechnews.net/news